Selama ini penyandang Hemofilia umumnya laki-laki. Bila seorang laki-laki menyandang penyakit Hemofilia maka dapat dipastikan bahwa sang ibulah yang merupakan pembawa sifat (carrier). Mengenai hal ini, dr. Panji Irani, Sp.PD-KHOM dari RSHS mengungkapkan bahwa ternyata wanita juga dapat menderita penyakit Hemofilia. Berbeda dengan laki-laki yang mendapatkan penyakit Hemofilia karena genetik atau keturunan, maka wanita penyandang hemofilia mendapatkan penyakit ini dikarenakan adanya mutasi gen yang terjadi saat dia dewasa.
Hemofilia ada tingkatannya yaitu ringan, sedang dan berat. Untuk kasus Hemofilia yang berat bisa diketahui langsung saat penderita mengalami pendarahan spontan. Biasanya Hemofila yang berat bisa diketahui saat masih kanak-kanak yaitu ketika si anak masih belajar berjalan. Bila anak sering mengalami memar, kiranya dapat dicurigai bahwa si anak menderita Hemofilia.
Untuk Hemofilia yang ringan dan sedang biasanya akan ketahuannya setelah terjadi trauma, misalnya karena terjatuh, pendarahannya tidak berhenti. Selain itu pada beberapa kasus diketahui seseorang menderita Hemofilia setelah dia menjalani operasi. Setelah pasien menjalani operasi, mula-mulanya semua baik tapi kemudian ada pendarahan. Bila kasusnya seperti ini akan ada pengecekan dengan pemeriksaan APTT dan untuk menunjang akan dilakukan cek ke laboratorium dengan mixing tes untuk mengetahui pasien ini menderita kekurangan faktor apa.
dr. Nur Suryawan, Sp.A(K)., M.Kes dari KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS menambahkan bahwa saat ini ada sekitar 274 orang penderita Hemofilia di Bandung. Penyakit ini merupakan kelainan pembekuan darah yang sifatnya diturunkan karena kurangnya faktor pembekuan darah sehingga apabila terluka, maka darahnya merembes terus, tidak membeku. Ada dua macam Hemofilia yaitu Hemofilia A yang terjadi karena kurangnya faktor 8 dan Hemofilia B dikarenakan kurangnya faktor 9.