Polusi udara diprediksi dapat memperpendek usia orang yang dilahirkan hari ini dengan rata-rata 20 bulan, anak anak di kawasan Asia Selatan menjadi korban terparah yang terimbas paparan polutan.
Laporan terbaru State of Global Air (SOGA) 2019 yang diterbitkan oleh Health Effects Institute di Amerika dan Universitas British Columbia di Kanada mengatakan, polusi udara adalah penyebab ke-5 paling besar yang memperpendek usia manusia. Mengutip AFP, laporan itu memprediksi pemangkasan angka harapan hidup anak-anak di negara dengan paparan polusi udara yang masif. Jumlah korban bisa melebihi kematian yang disebabkan malaria, kecelakaan lalulintas, kekurangan gizi ataupun kecanduan alkohol.
Tetapi, tingkat kematian dini itu tidak sama di seluruh dunia. Orang yang dilahirkan di kawasan Asia Selatan akan mati 30 bulan lebih cepat karena terpapar polusi udara, baik di dalam maupun di luar rumah.
Di kawasan Asia Timur, menurut studi itu, polusi udara memperpendek usia sampai dengan 23 bulan, dibanding 20 minggu sampai lima bulan di kawasan Asia Pasifik dan Amerika Utara.
Laporan yang menggunakan data sampai tahun 2017 itu memperkirakan, apabila tingkat polusi udara bisa direduksi sesuai petunjuk Organisasi Kesehatan Sedunia atau WHO, maka tingkat harapan hidup di Bangladesh bisa diperpanjang sampai 16 bulan, dan orang di India, Nigeria dan Pakistan bisa mengharapkan hidup lebih panjang satu tahun.
Meski ada usaha untuk mengurangi tingkat polusi, China merupakan negara yang paling tinggi tingkat kematiannya karena polusi udara. Tahun 2017 saja ada 852.000 orang yang meninggal karena penyakit yang disebabkan polusi udara.
Kelima negara yang tingkat kematiannya paling tinggi terdapat di Asia; yaitu China, India, Pakistan, Indonesia dan Bangladesh.
Polusi udara terjadi disebabkan penggunaan batu bara, kayu atau arang untuk memasak atau memanaskan rumah, banyak terdapat di Asia Selatan, Asia Timur dan Afrika sub-Sahara. Hampir separuh penduduk dunia terkena polusi udara dalam rumah, termasuk 846 juta orang di India dan 452 juta di China. (VOA)
Asia Selatan menjadi salah satu kawasan di dunia dengan tingkat paparan polusi udara tertinggi. Ukuran partikel polusi menyebabkan kesulitan bernapas dan masalah kardiovaskular di Nepal dan India.
Temuan itu semakin menegaskan sejumlah penelitian dan laporan sebelumnya. Pada Oktober 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan paparan polusi udara membunuh sekitar 500 ribu anak di bawah usia 15 pada setiap tahunnya.
Anak-anak disebut lebih rentan terhadap dampak polusi udara. Hal ini disebabkan oleh pola napas anak-anak yang lebih cepat ketimbang orang dewasa. Dengan demikian, anak-anak menyerap lebih banyak polutan saat otak dan tubuh masih memasuki fase pertumbuhan.
"Angka harapan hidup anak semakin singkat. Pemerintah perlu bertindak" ujar Wakil Presiden Health Effect Institute, Robert O'Keffee, mengutip The Guardian.
Laporan juga menyoroti sederet penyakit mematikan yang disebabkan paparan polusi udara. Sebut saja paru obstruktif kronis yang menyumbang 41 persen kematian global. Ada pula kanker paru-paru yang menyumbang 19 persen, 16 persen dari penyakit jantung iskemik, dan 11 persen kematian akibat stroke.