(0362) 21789
dinkes@bulelengkab.go.id
Dinas Kesehatan

SCATOLIA, ISTILAH CANTIK UNTUK PERILAKU YANG MENANTANG

Admin dinkes | 09 Juli 2018 | 932 kali

Ibu Anne , seorang mantan guru yang dulunya mengajarkan etiket bagi para istri calon perwira angkatan laut dan kini mengalami Demensia, memberikan kami pengalaman dengan perilakunya yang menantang. Dia mengambil kotoran dari pampersnya, menggambari tembok dengan kotorannya, dan  kadang memakannya.

Melihat latar belakangnya, tentu beliau akan sangat sedih bila menyadari perilakunya tersebut. Dari sini kita mendapat pelajaran yang sangat berharga, tentang betapa hebatnya Demensia merenggut daya ingat dan daya nilai seseorang, sehingga orang tersebut menjadi orang yang benar-benar “baru”.

Bermain-main dengan kotoran dan mengoleskannya dimana-mana disebut “Scatolia” - kadang disebut juga “finger painting”  atau menggambar dengan jari.  Sementara memakan kotoran disebut “Coprophagia”.

Kedua perilaku tersebut seringkali membuat pendamping Orang Dengan Demensia (ODD) marah, lelah, dan khawatir. Dan ini sangat bisa dipahami. 

Lalu untuk ODD sendiripun, kedua perilaku ini juga berpotensi menimbulkan gangguan di saluran cerna (mulai mulut hingga anus), infeksi kronis di kulit (karena bisa menimbulkan infeksi pada luka-luka kecil di kulit sensitif mereka), radang kelenjar ludah, infeksi saluran kencing, sumbatan jalan nafas, Hepatitis A, dan sebagainya.

Penyebab pasti kedua masalah ini pada ODD juga belum diketahui secara pasti, walaupun diperkirakan gangguan pengendalian perilaku akibat masalah pada otak memegang peran penting di sini. 

Beberapa pasien mengalami Scatolia dan Coprophagia dengan penatalaksanaan pruritus ani (gatal di daerah anus), konstipasi (sembelit), depresi, gangguan kognitif berat, dan kekurangan zat gizi tertentu (misalnya kekurangan zat besi, dll). Jadi hal-hal di atas ini juga harus dicari pada ODD yang menunjukkan kedua perilaku tersebut.

Oh ya, nyeri juga harus dievaluasi! Bisa jadi sebenarnya mereka sedang berusaha “melaporkan” tentang nyeri melalui perilakunya tersebut.

Setelah dievaluasi dan diberi resep oleh dokter, yang bisa dilakukan adalah sebisa mungkin membuat para ODD ini “sibuk” sepanjang waktu di luar saat tidurnya. Tidak perlu memikirkan hal yang rumit, cukup dengan melakukan aktivitas ringan yang dapat mengisi kekosongan waktunya, seperti :

  1. Memberikan setumpuk handuk atau pakaian untuk dilipat (lalu nanti setelah dilipat, kita bawa tumpukan itu pergi, dan dibawa kembali dalam kondisi tidak terlipat, dan kita minta mereka untuk melipat “tumpukan cucian baru”, dst),
  2. Memberikan potongan kertas warna-warni yang harus dikelompokkan sesuai warna,
  3. Memberikan puzzle sederhana.
  4. Busy Apron (Celemek Sibuk) mungkin bisa menjadi salah satu alternatif untuk “menyibukan” para ODD. Celemek ini ditempeli apapun yang bisa sepanjang waktu menyibukkan kedua tangan ODD : kancing jepret, tali sepatu, ritsleting, boneka kecil yang lembut, kancing kemeja, dll.

Semoga tulisan ini dapat membantu para caregiver yang sedang berjuang merawat ODD. Sekali lagi,

semua perilaku menantang yang terjadi pada ODD itu di luar kendali dan kemauan mereka. Apa yang dilakukan adalah bentuk komunikasi yang mereka rasakan dan ingin disampaikan kepada kita (dr Yuniar Sp.KJ – RSJRW).