(0362) 21789
dinkes@bulelengkab.go.id
Dinas Kesehatan

Minuman manis 'tingkatkan risiko kematian dini', menurut penelitian Harvard

Admin dinkes | 17 September 2019 | 1622 kali

Sebuah penelitian baru menemukan bahwa minuman manis meningkatkan risiko kematian dini akibat penyakit tidak menular  seperti serangan jantung dan beberapa tipe kanker.

Penelitian yang diterbitkan oleh T.H. Chan School of Public Health Universitas Harvard bulan lalu(Maret 2019), yang menganalisis data dari 37 ribu laki-laki dan 80 ribu perempuan selama 30 tahun, menemukan bahwa semakin banyak minuman bergula yang dikonsumsi seseorang, semakin besar pula risiko kematian dini bagi orang tersebut. 

"Dibandingkan dengan orang yang minum kurang dari satu minuman manis per bulan, meminum minuman manis satu sampai empat porsi sebulan meningkatkan risiko sebanyak satu persen. Minum dua hingga enam per minggu, risiko meningkat enam persen. Satu sampai dua minuman manis per hari, risikonya 14%. Sedangkan untuk minum dua atau lebih, risikonya 21%," kata Vasanti Malik, ilmuwan dari Harvard's Department of Nutrition dan penulis utama pada penelitian tersebut yang dimuat pada BBC awal April 2019.

Konsumsi global

Penelitian ini menemukan bahwa secara khusus minuman manis punya hubungan kuat dengan risiko kematian dini akibat penyakit kardiovaskuler, dan "hubungan ringan" dengan beberapa tipe kanker.

Berita ini cukup mengkhawatirkan karena konsumsi global "minuman ringan" sedang mengalami peningkatan. Data dari lembaga riset pasar Euromonitor International memperlihatkan bahwa konsumsi rata-rata global per kapita "minuman ringan" bisa mencapai 91,9 liter di tahun 2018, meningkat dari 84,1 liter pada lima tahun lalu.

Para peneliti di Harvard ini menyoroti bahwa "minuman ringan diet" lebih kecil risikonya, tetapi jumlah konsumsi minuman jenis ini sedikit sekali di pasar minuman ringan di dunia. Konsumsi per kapita global "minuman ringan diet" adalah 3,1 liter per tahun.

Klasifikasi minuman ringan cukup luas dan mencakup, misalnya, air dalam kemasan. Namun angka dari perusahaan analis data, Global Data, memperlihatkan konsumsi air kemasan di Cina pada tahun 2017 hanya 30,8 liter per tahun, sedangkan minuman ringan 410 liter per tahun.

Hitungan kalori

Pada tahun 2015, sebuah laporan yang diterbitkan jurnal medis The Lancet menemukan bahwa orang Amerika memperoleh rata-rata asupan 157 kalori dari minuman manis — jumlah ini sedikit di atas satu kaleng minuman kola per hari.

Satu kaleng Coca-Cola 330 mililiter, menurut situs web perusahaan itu, mengandung 35 gram gula, atau kira-kira sebanyak tujuh sendok. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram.

Namun Amerika bahkan bukan yang terburuk menurut laporan The Lancet di atas. Rata-rata asupan per kapita di Chile adalah 188 kalori per hari dari minuman manis, sekalipun angka itu adalah angka sebelum mereka memberlakukan pajak gula. Sesudah pajak gula diterapkan, konsumsi minuman manis bulanan di Chile turun hingga 21 persen.

Hampir 30 negara di seluruh dunia memiliki semacam pajak untuk minuman manis. Inilah mengapa temuan Malik dari Harvard tersebut di atas menjadi alasan bagi banyak negara untuk menerapkan kebijakan yang lebih ketat.

"Hasil riset ini menyediakan dukungan tambahan bagi kebijakan untuk membatasi penjualan minuman manis bagi anak-anak dan remaja, serta menerapkan pajak pada minuman bersoda. Saat ini harga minuman manis tidak memasukkan komponen biaya perawatan kesehatan yang tinggi yang muncul sebagai dampak mengonsumsinya," kata Walter Willett, profesor epidemiologi dan nutrisi di Universitas Harvard.

Salah satu kekhawatiran pihak yang berwenang di bidang kesehatan adalah dampak minuman manis pada anak-anak dan remaja.

Angka obesitas di kelompok umur ini (lima hingga sembilan belas), menurut WHO, telah meningkat dari 11 juta di tahun 1975 ke 124 juta pada tahun 2016.

Namun sebagaimana diindikasikan oleh penelitian terbaru ini, meminum minuman manis berlebihan bisa punya dampak yang lebih berbahaya.

Sumber: p2ptm.kemkes.go.id