Pemenuhan gizi merupakan daya ungkit yang kita perlukan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Breastfeeding (menyusui) bukan hanya fisik, kecerdasan IQ namun juga kesehatan mental.
Demikian pernyataan Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) dalam sambutannya pada Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-56 Tahun 2016 di Jakarta Selatan, Selasa (22/3).
Menurut Menkes, memberi ASI itu bukan hanya sekedar memberi makan, namun juga stimulasi. Karena tentu pasti ada interaksi kasih sayang yang terbangun di antara ibu dan anak.
Menggendong, kemudian membelai itu memberi kedamaian pada jiwa anak. Saya kira ada korelasinya, dengan kasih sayang ini bisa terjadi. Tapi tanpa ASI, disajikan dalam botol, dan yang memberikan juga bukan ibunya, bagaimana tali kasih bisa terjadi, tutur Menkes.
Terkait hal tersebut, Menkes menyatakan beliau teringat perbincangan bersama dr. Utami Rusli bahwa ada keterkaitan antara menyusui dengan kesehatan mental anak. Terlebih bila dikaitkan dengan peluang bonus demografi di tahun-tahun ke depan, pemberian air susu ibu (ASI) menjadi penting untuk menciptakan generasi yang baik.
ASI ini merupakan jasa para wanita untuk menjadikan generasi negara kita menjadi generasi yang baik nantinya, generasi yang bisa berkompetisi di dunia dan negara lain di kancah global, tutur Menkes.
Menkes juga menambahkan bahwa keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia merupakan keberhasilan dari semua pihak. Namun bagaimanapun juga dukungan dan upaya keras tetap harus ditingkatkan. Selain itu, Menkes juga menyerukan kepada para wanita bahwa ASI tetap yang terbaik.
Saya mendorong dan sangat berterima kasih kepada semua pejuang-pejuang ASI yang telah berupaya untuk memperbaiki generasi kita, tandas Menkes.
Setiap ibu dan anak di manapun dan dalam situasi apapun, akan memperoleh manfaat dari praktek menyusui yang optimal. Publikasi riset terbaru di The Lancet semakin memperkuat bukti yang ada tentang manfaat menysui yang sangat besar bagi anak-anak dan wanita di negara maju dan berkembang. Hal tersbeut kabar gembira bagi para ibu di Indonesia, jurnal The Lancet Breastfeeding Series 2016 mempublikasikan bahwa ASI Eksklusif di Indonesia telah mencapai 65%. Di kebanyakan negara angka menyusui eksklusif bagi bayi usia di bawah 6 bulan masih jauh di bawah 50%, yang merupakan target World Health Assembly (WHA) untuk 2025.