(0362) 21789
dinkes@bulelengkab.go.id
Dinas Kesehatan

MENGENAL KEJANG DAN EPILEPSI

Admin dinkes | 20 Desember 2018 | 9178 kali

Epilepsi adalah suatu kelainan pada aktifitas listrik otak yang menyebabkan penderitanya mengalami kejang berulang. Sel-sel otak manusia, yang disebut sebagai sel neuron, mengeluarkan sinyal listrik dan berkomunikasi sesama sel menggunakan neurotransmitter kimia. Ketika terjadi kejang, terjadi letupan abnormal pada sinyal listrik yang dikeluarkan oleh neuron, dan menyebabkan terjadinya gerakan atau perilaku yang abnormal.

Bagaimana Gejala Kejang?

Beratnya gejala kejang dapat berbeda antara penderita yang satu dengan yang lain. Beberapa orang hanya merasakan sensasi-sensasi yang aneh, tanpa kehilangan kesadarannya, atau dapat terasa seperti “hilang” selama beberapa detik atau menit, sedangkan penderita yang lain dapat mengalami kejang yang nyata disertai penurunan kesadaran.

Beberapa orang dapat mengalami kejang hanya 1 kali atau beberapa kali seumur hidupnya. Jika mereka tidak memiliki resiko untuk kejang berulang, maka mereka tidak dikatakan sebagai pengidap epilepsi.

Apa yang Menyebabkan Epilepsi?

Epilepsi dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering dimulai dari masa anak-anak. Pada banyak kasus, tidak ditemukan penyebab yang jelas mengapa seseorang menderita epilepsi, namun ada juga kasus-kasus (terutama yang terjadi di usia dewasa) yang jelas berhubungan dengan suatu kerusakan atau kelainan struktur di otak. Contohnya, epilepsi dapat disebabkan oleh stroke, tumor otak dan cedera kepala berat.

Kejang pada epilepsi dapat dicetuskan oleh banyak faktor, yang pada banyak kasus, bersifat individual. Faktor-faktor pencetus yang sering ditemukan antara lain sebagai berikut:

  1. Stres emosional
  2. Kurang tidur atau begadang
  3. Minum alkohol
  4. Penyalahgunaan obat
  5. Menstruasi (pada wanita)
  • Kilatan cahaya (merupakan faktor pencetus yang cukup jarang, ditemukan pada epilepsi yang fotosensitif).

Penderita epilepsi akan diminta untuk menyusun sebuah diary kejang, untuk mencatat waktu terjadinya kejang dan apa yang terjadi sebelum atau saat kejang (keadaan emosi, makanan/minuman yang baru dikonsumsi, paparan cuaca, aktifitas yang tidak biasa dan lain-lain). Dengan melakukan pencatatan seperti ini, diharapkan penderita akan mengetahui hal-hal individual yang sekiranya dapat mencetuskan kejang pada dirinya.

Bagaimana Cara Menegakkan Diagnosis Epilepsi?

Seseorang dapat dikatakan mengalami epilepsi apabila telah mengalami lebih dari 1kali kejang, yang tidak terjadi dalam 1 hari yang sama. Hal utama yang membantu penegakan diagnosis adalah deskripsi dari kejang itu sendiri, baik dari penderita maupun dari orang lain yang menyaksikan peristiwa kejang tersebut. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menentukan area otak yang menjadi fokus kejang dan mencari penyebabnya.

Pemeriksaan penunjang utama pada kejang adalah Elektroensefalogram (EEG). Pemeriksaan EEG dapat mendeteksi aktifitas listrik otak yang tidak biasa, dengan menempelkan eleitrode-elektrode di permukaan kulit kepala. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pencitraan, yaitu Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Bagaimana Cara Mengobati Epilepsi?

Kebanyakan kasus epilepsi diobati dengan obat anti epilepsi. Obat anti epilepsi tidak bersifat menyembuhkan epilepsi, namun sering dapat mengendalikan serangan, sehingga frekuensi kejang berkurang atau bahkan berhenti.

Perlu beberapa waktu lamanya untuk menentukan jenis dan dosis obat anti epilepsi yang tepat sebelum akhirnya kejang dapat dikendalikan. Pada beberapa kasus epilepsi di mana obat tidak efektif (disebut juga epilepsi refrakter), dilakukan tindakan operasi. Operasi dilakukan untuk mengangkat area spesifik yang menjadi focus kejang atau untuk menanamkan suatu alat elektrik pengendali kejang ke dalam otak.

Fakta Penting tentang Kejang dan Epilepsi

  1. Memasukkan benda asing ke dalam mulut seseorang yang sedang kejang justru dapat membahayakan orang tersebut. Pertolongan pertama bila melihat orang kejang hanya sederhana, baringkan miringkan orang tersebut, pegangi kepalanya, sehingga terhindar dari benturan, menghindari resiko tertelan muntahan dan menjamin pernafasan.
  2. Jangan menahan gerakan kejang tersebut, karena kebanyakan kejang akan berhenti sendiri dalam beberapa detik atau menit.
  3. Epilepsi BUKAN penyakit menular.
  4. Siapapun bisa mengalami epilepsi. Kejang pertama dapat terjadi bahkan pada orang berusia >65 tahun, walaupun lebih sering pertama kali terjadi pada masa kanak-kanak.
  5. Kebanyakan orang dengan epilepsi DAPAT melakukan pekerjaan sebaik orang normal. Namun bagi orang yang frekuensi kejangnya masih sering, terdapat keterbatasan dalam hal kemampuannya bekerja, berkendara dan aspek-aspek lainnya dalam hidup.
  6. Epilepsi bukanlah penyakit yang jarang, dan sering terjadi bersama dengan penyakit-penyakit lain yang mengenai otak seperti cerebral palsy, autism, Alzheimer dan trauma kepala.
  7. Epilepsi dapat menyebabkan kematian, walaupun jarang terjadi

sumber: http://www.yankes.kemkes.go.id/read-mengenal-kejang-dan-epilepsi--6176.html