Bencana banjir di Garut mengakibatkan sejumlah kerusakan infrastruktur yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Pada kondisi bencana seperti ini ketersediaan air bersih menjadi masalah karena banyaknya kotoran dan lumpur. Padahal kebutuhan akan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari cukup banyak.
Keperluan air bersih di lokasi maupun di tempat pengungsian, setidaknya 20 liter air bersih/orang/hari, sesuai dengan Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan, terang Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI Oscar Primadi.
Senada dengan hal ini, Dirut LAPI Indowater ITB Suparno Satira menyatakan, guna memenuhi kebutuhan air bersih, hari ini (24/9) Kemenkes dan ITB mengoperasikan Mobile WTP Mycrohydraulics milik Kementerian PUPR. Alat ini di pasang di RS Dr. Slamet yang posisinya di pinggir Sungai Cimanuk, dimana akibat bencana ini kekeruhan air bakunya sangat tinggi (> 500.000 NTU), terang Suparno.
Mobile WTP Mycrohydraulics akan mengolah air bersih Nol NTU dengan kapasitas 3 liter/detik, tambahnya.
Dengan tersedianya alat ini di lokasi bencana Garut, kebutuhan air bersih dapat terpenuhi.
Bersama Dinas Kesehatan, Kemenkes akan terus memantau kebutuhan air dan sanitasi lingkungan di lokasi bencana dengan demikian penyakit water borne dapat ditekan.
Penyediaan air bersih ini dapat terlaksana atas dukungan PDAM Bandung, Kemen PUPR, IKA FK Unpad, dan IDI Garut.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI.