Sudah lebih dari setengah abad gizi berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia. Hari Gizi Nasional (HGN) yang diperingati setiap tanggal 25 Januari kini memasuki usia ke-56. Tahun ini, tema HGN ke-56 Tahun 2016 adalah Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi dengan sub tema Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Sejarah Gizi di Indonesia
Tahun 1950 Bapak Gizi Indonesia almarhum Prof. Poorwo Soedarmo diangkat oleh Menteri Kesehatan pada saat itu, dr. J Leimena untuk mengepalai Lembaga Makanan Rakyat (LMR), yang waktu itu lebih dikenal sebagai Instituut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan yang dikenal sebagai Lembaga Eijckman.
HGN diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada 25 Januari 1951, dan sejak saat itulah pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian disepakati bahwa tanggal 25 Januari di peringati sebagai Hari Gizi Nasional Indonesia. Hari Gizi Nasional pertama kali diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan tahun 1960-an, kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak tahun 1970-an, dan hingga sekarang dijadikan agenda resmi Kementerian Kesehatan RI.
Masalah dan Kebijakan Gizi di Indonesia
Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) seperti kegagalan pertumbuhan, berat badan lahir rendah, pendek, kurus dan gemuk dimana perkembangan selanjutnya seorang anak yang kurang gizi akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas di masa dewasa. Kurang gizi yang dialami saat awal kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang berujung pada kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes type II, stroke, penyakit jantung, dan lainnya pada usia dewasa.
Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Selanjutnya, dalam rangka percepatan perbaikan gizi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gerakan ini mengedepankan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK
Sasaran global tahun 2025 disepakati adalah sebagai berikut: 1) Menurunkan proporsi anak balita yang pendek (stunting) sebesar 40%; 2) Menurunkan proporsi anak balilta yang menderita kurus (wasting) < 5%; 3) Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah (BBLR) sebesar 30%; 4) Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih; 5) Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak 50%; 6) Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan lebih kurang 50%.
Untuk mencapai sasaran global tersebut, pemerintah Indonesia melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Kementerian Kesehatan memfokuskan 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, maka upaya tersebut diselenggrarakan secara terintegrasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, hingga evaluasinya. Sasarannya pun difokuskan kepada keluarga, dengan dihidupkan kembali pendekatan keluarga, ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, pada pembukaan Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 tahun 2016 di salah satu gedung pertemuan di kawasan Jakarta Selatan, Selasa pagi (21/3).
Pendekatan keluarga bertujuan untuk mengubah perilaku keluarga dan masyarakat khususnya dalam pengenalan diri terhadap risiko penyakit. Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan integrasi antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang didasari oleh data dan informasi profil kesehatan dan keluarga melalui kunjungan rumah.
Pendekatan keluarga diharapkan dapat meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, tambah dr. Anung.
Kegiatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-56 Tahun 2016
Hari Gizi Nasional (HGN) merupakan momentum penting dalam menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk melaksanakan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dan pencapaian Indonesia Sehat. HGN tahun ini diisi dengan berbagai kegiatan dengan melibatkan semua para pemangku kepentingan untuk secara terus menerus melakukan sosialisasi dan advokasi percepatan perbaikan gizi terutama pada 1000 HPK.
Acara puncak dan workshop HGN ke-56 Tahun 2016 diikuti oleh sekitar 400 peserta diisi dengan kegiatan workshop yang membahas Summary Lancet Breatsfeeding Series in Indonesia oleh UNICEF; Implementasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat; Penayangan video kampanye Gizi Tinggi Prestasi; Penyerahan Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015 dan Cakram Gizi Seimbang kepada Menteri Kesehatan RI.
Pada kesempatan tersebut, apresiasi tinggi disampaikan kepada: 1) UNICEF atas kepercayaannya memilih Indonesia untuk ekspose Lancet Series on Breastfeeding. Harapannya adalah Indonesia dapat mencapai salah satu target global gizi yaitu Meningkatnya Cakupan Pemberian ASI Eksklusif menjadi 50% di tahun 2025; 2) MCA-I atas dukungannya dalam pembuatan Kampanye Gizi Nasional dengan slogan Gizi Tinggi Prestasi. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan para pemangku kepentingan bahwa dengan gizi baik maka anak akan tumbuh tinggi sehingga mampu mencapai prestasi di masa yang akan dating; dan 3) PERGIZI PANGAN atas inovasinya dalam membuat Cakram Informasi Edukatif Gizi Seimbang sehingga memudahkan masyarakat dalam menerapkan perilaku gizi seimbang dalam perilaku pemilihan makanan sehari-hari.