(0362) 21789
dinkes@bulelengkab.go.id
Dinas Kesehatan

APAKAH KEPIKUNAN DAPAT DI CEGAH

Admin dinkes | 09 September 2016 | 905 kali

Proses penuaan adalah suatu proses alami pada setiap manusia. Menjadi tua adalah proses biologis yang pasti terjadi. Di dunia ini pasti akan berharap penuaan yang dicapai adalah penuaan yang penuh kebahagiaan dan penuaan yang tetap mampu mengenang masa-masa indah di masa lalunya. Akan menyedihkan jika seorang lupa dengan anggota keluarganya. Menjadi lupa akan hal yang biasa ia kerjakan sehari-hari, tiba-tiba keluar rumah tanpa memahami arah pulang/ rumah, bahkan ada yang sampai memiliki hubungan yang tidak baik dengan anak cucunya karena ia berperilaku dan memiliki sikap yang tidak seperti biasanya. Bersikap terlalu sensitif dan lupa akan nilai-nilai/ norma yang pernah diajarkan pada anak cucunya. Keluarga akan melihat kakek dan nenek yang berbeda di rumah. Tidak seperti ketika kakek dan nenek yang dikenal. Lantas apakah kondisi demikian akan membuat keluarga menjadi kondusif atau terkendali? Jawabannya tentu tidak. Akan banyak perubahan yang terjadi di keluarga. Keluarga akan memiliki kebiasaan dan sikap yang baru dalam menghadapi kakek dan nenek atau para lanjut usia. Para lanjut usia juga akan mengalami perubahan pada dirinya dan membuat ia merasa tidak nyaman. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang sangat khusus meneliti tentang penuaan mengatakan jika kepikunan adalah suatu proses yang tidak menyenangkan yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan untuk memanggil kembali informasi yang telah tersimpan. Kegagalan yang dimaksud terutama pada para lanjut usia, salah satunya disebabkan oleh penurunan-penurunan fungsi yang dimiliki. Hal ini tentunya akibat proses generatif yang terjadi secara alamiah.

Oleh karena pikun merupakan suatu proses yang tidak menyenangkan, pertanyaanya apakah mungkin meminimalisasi kepikunan? Penelitian yang dilakukan oleh para ahli gerontologi menyatakan beberapa hal yang selanjutnya mampu meminimalisasi proses kepikunan, yaitu: 

  1. Jika seseorang berada pada kondisi fisik dan mental yang sehat. Kondisi mental yang sehat di mulai dari diri sendiri dan keluarga. Seseorang diharapkan dapat beradaptasi dengan masalah dan mengkomunikasikan jika dirasa sulit diatasi. Memberikan kesempatan bagi tubuh untuk berada pada situasi "relaks"/nyaman. Membiarkan tubuh selalu tegang dan di lingkari masalah membuat menurunnya fungsi kognitif dan konsentrasi. Hal ini lambat laun akan mempengaruhi kemampuan daya ingat.
  2. Kasih sayang dan perhatian yang tulus membuat kondisi mental yang juga sehat, perasaan dicintai dan tidak ditinggalkan menimalisasi munculnya depresi. Depresi atau kesedihan yang mendalam disertai dengan motivasi yang rendah membuat seseorang berada pada kondisi yang tidak stabil. Kondisi-kondisi demikian juga mampu mempengaruhi kemampuan daya ingat. Seseorang akan fokus pada kesedihannya saja dan tidak memperhatikan hal lainnya, termasuk sulit berkonsentrasi. Ini juga berpengaruh pada daya ingatnya.
  3. Selalu latihan untuk meningkatkan daya ingat, mengulang proses, beri perhatian pada hal sehari-hari seperti membuat jadwal harian, dan mencoba mengaktifkan ingatan ketika lupa dengan cara asosiasi (mencoba mengkaitkan hal yang terlupa dengan hal lainnya/ jangan mudah menyerah dan mengatakan lupa). Ketika sering memanjakan pikiran dengan mengatakan lupa, maka otak tidak akan terlatih untuk memanggil informasi yang tersimpan di "gudang memori"
  4. Meningkatkan fungsi kesehatan pikiran dasar, dengan cara lakukan komunikasi yang efektif, sosialisasi, ibadah (peningkatan spiritual), rekreasi pikiran (seperti berpergian, melakukan hobi, olahraga), dan melatih emosi.
  5. Sering terlibat dalam kegiatan yang bersifat merangsang kemampuan kognitif/pikir, seperti suka membaca, suka berpergian, gemar belajar, gemar berada dalam kelompok untuk bertukar pikiran, merupakan seseorang yang profesional pada bidangnya sehingga rajin menggunakan kemampuan pikirnya.
  6. Memiliki kepribadian yang fleksibel (mudah menyesuaikan kondisi dan tidak mudah stress).
  7. Memiliki pasangan yang bijak dan mudah diajak bertukar pikiran.
  8. Merasa puas dengan prestasi yang dicapai oleh para usia lanjut di usia produktifnya.

 

Hal diatas menggambarkan jika adalah hal yang mungkin jika seseorang menjaga apa yang diberikan Tuhan YME melalui kemampuan pikir dan kesehatannya. Melatih dan menjaga diri untuk berada pada kondisi fisik dan mental membuat kemampuan seseorang akan tetap bertahan sekalipun ia sudah berada pada usia lanjut. Usia yang bertambah tidak selalu membuat kemampuan kognitif akan hilang. Seseorang yang aktif dalam lingkungannya membuat ia memiliki peluang yang lebih baik untuk mempertahankan kemampuan kognitifnya. Seseorang yang pasif digambarkan sebagai seseorang yang tidak menggunakan peluang waktu untuk menggerakkan pikiran dan fisiknya. Hal ini sangat memudahkan seseorang dekat dengan kelupaan bahkan menuju demensia. Seseorang yang pasif justru akan mendekatkkan dengan berbagai penyakit. Lantas marilah menjaga kesehatan fisik dan mental agar mengurangi resiko kepikunan.

Beberapa latihan otak secara intensif yang dapat dilakukan untuk mencegah kepikunan contohnya:

  • Latihan untuk melatih perhatian dan konsentrasi: dapat dilakukan dengan menjaga kontak mata ketika berkonsentrasi, bermain teka teki silang, membaca Koran, dll
  • Latihan untuk mempertajam daya ingat jangka panjang :Mendengarkan/ bermain music kesukaan, hal ini juga akan meningkatkan memori melalui lirik lagu serta kenangan didalamnya
  • Latihan untuk melatih orientasi, contoh: lihat kalender setiap hari untuk mengingat hari, tanggal, bulan dan tahun. Bersosialisasi dan menyebutkan nama seseorang yang ditemui. Panggil nama anak dan cucu, serta berjalan-jalan sambil mengingat nama tempat terutama yang sering dilewati (dikunjungi). Dapat disebutkan pula kenangan-kenangan bersama waktu, tempat, atau orang tersebut.
  • Latihan untuk menstimulasi fungsi otak dengan cara Senam otak, seperti gerakan menyilang yang umumnnya diajarkan pada gerakan senam lanjut usia.
  • Latihan untuk menciptakan kondisi mental yang sehat, seperti melatih emosi, bersikap yang positif, bahagia dan toleransi.
  • Latihan untuk mempertajam persepsi, contoh: mengenal suara, wajah, lokasi

 

Penulis: Yuni Hermawaty, M.Psi, 
Psikolog di RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang