Rabu
(08/02/2023) Sekda Buleleng (Drs.Gede Suyasa,M.Pd) menghadiri rapat koordinasi
di Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. Bapak Sekda disambut langsung oleh Bapak
Kadiskes Buleleng (dr.Sucipto,S.Ked.,M.A.P) sekaligus membuka rapat koordinasi
ini.
Bapak
Kadiskes memaparkan indikator kinerja utama, capaian vaksinasi booster, trend
kasus Rabies, trend kasus DBD di Kabupaten Buleleng dan serapan anggaran tahun
2022. Selain itu, Bapak Sekda juga menambahkan pembahasan terkait kondisi
Stunting saat ini di Buleleng. Stunting kini menjadi Program Prioritas Nasional
sehingga Stunting menjadi salah satu fokus perhatian dari Pemerintah Daerah. Bapak Sekda kemudian menyarankan agar
Dinas Kesehatan lebih memperhatikan pendamping surveyor pusat pada saat
pelaksanaan SSGI (Survey Status Gizi Indonesia) kedepannya, sehingga data yang
diberikan mempunyai bukti yang kuat dikarenakan angka Stunting nantinya
berdasarkan hasil dari SSGI.
Pada
forum ini, Bapak Kadiskes menyampaikan sampai dengan bulan Februari 2023,
capaian Vaksinasi Covid-19 di Kabupaten Buleleng untuk dosis I mencapai 83,84%,
dosis II 73,85%, dosis III 49,31% dan dosis IV 2,23%. Capaian vaksinasi yang
masih rendah terutama dosis III dikarenakan animo masyarakat untuk vaksinasi
yang semakin berkurang dan banyak masyarakat Buleleng yang berada di luar
Kabupaten. Melihat situasi ini, Bapak Sekda menghimbau kepada seluruh jajaran
kesehatan untuk terus bersinergi dengan pihak Desa untuk mengajak masyarakat mendapatkan
vaksinasi sehingga diharapkan capaian vaksinasi Covid-19 bisa mencapai sekitar
70% dari jumlah penduduk Buleleng.
Kasus
kematian akibat Rabies di Kabupaten Buleleng sampai saat ini telah mencapai 13
kasus. Bapak Kadiskes menyampaikan “ Sebagai penanggulangan kasus Rabies di
Kabupaten Buleleng, seluruh puskesmas telah dijadikan sebagai Rabies Centre dan
juga terus menyiapkan stok vaksin. Dinas Kesehatan juga telah bersinergi dengan
Dinas Pertanian, Dinas PMD dan Dinas Kebudayaan.” Kasus gigitan oleh hewan
penular Rabies di tahun 2021 terdapat sebanyak 2.487 kasus gigitan kemudian
meningkat pada tahun 2022 menjadi 8.016 kasus gigitan, dan pada awal tahun 2023
terdapat 566 kasus gigitan. “Kasus Rabies di Kabupaten Buleleng merupakan kasus
yang paling tinggi di Provinsi Bali pada tahun 2022. Kasus Rabies diharapkan
dapat diredam dengan membuat Perarem atau Perdes yang mengatur masyarakat
setempat terkait Pencegahan Penularan Rabies, contohnya seperti di Desa
Bengkala” ucap Bapak Sekda. Beliau juga berharap di Februari akhir agar semua
daerah sudah memiliki Perarem atau Perdes dan untuk Dinas Kesehatan agar selalu
mengontrol ketersediaan Vaksin Anti Rabies (VAR).
Kasus
Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Buleleng pada Februari tahun 2023 mencapai
120 kasus. Bapak Kadiskes menyampaikan nantinya Kabupaten Buleleng akan menjadi
pilot project teknologi Wolbachia untuk penanggulangan Dengue yang
digagas oleh World Mosquito Program (WMP) dan Pemprov Bali bekerjasama dengan Pemerintah Australia dan Gillespie
Family Foundation dan Komisi IX DPR RI. Pada kesempatan ini, Bapak Sekda
berharap kepada Dinas Kesehatan untuk mempertimbangkan langkah-langkah yang
efektif dalam penanggulangan kasus DBD di Kabupaten Buleleng.
Terkait BPJS FKTP, sampai saat ini angka
rujukan BPJS tertinggi ada di Rumah Sakit Swasta. Berdasarkan hal tersebut, demi
menyelamatkan dana daerah, Bapak Sekda menghimbau kepada seluruh puskesmas
untuk setiap pasien BPJS dari dana PBI Daerah agar dirujuk ke Rumah Sakit
Pemerintah, baik itu RSUD Tangguwisia, RSUD Giri Emas dan RSUD Buleleng.
Turut hadir dalam pertemuan ini yaitu seluruh Kepala Bidang, Kasubag dan Koordinator Substansi jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, seluruh Kepala Puskesmas se-Kabupaten Buleleng, Direktur RSUD Tangguwisia dan Direktur RSUD Giri Emas.
Salam SEHAT (Santun, Empati, Handal, Adil,
Tanggungjawab)