Rabu (29/10), Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Giri Emas menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Peningkatan
Pelayanan yang dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Pengawas RSUD Giri Emas, dr.
Sucipto, S.Ked., M.A.P, yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Buleleng.
Rakor ini membahas capaian
kinerja rumah sakit hingga Oktober 2025 sekaligus mengidentifikasi sejumlah
tantangan utama dalam peningkatan mutu layanan kesehatan.
Direktur RSUD Giri Emas, dr.
I Made Pujawan, M.Kes, memaparkan bahwa performa keuangan rumah sakit
menunjukkan tren yang menggembirakan. Hingga Oktober 2025, realisasi pendapatan
mencapai Rp 7,67 miliar, dengan kontribusi terbesar berasal dari layanan BPJS
Kesehatan. Capaian tersebut bahkan kerap melampaui target pendapatan bulanan, menandakan
kinerja manajerial dan pelayanan yang efisien di tengah berbagai tantangan
operasional.
Meski kinerja finansial tergolong baik, RSUD Giri Emas menghadapi penurunan pada Tingkat Okupansi Tempat Tidur (BOR). Data mencatat BOR mengalami penurunan dari 53,16% pada Januari menjadi hanya 29,60% pada September 2025. Sementara itu, layanan rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) justru tetap ramai dikunjungi masyarakat, dengan rata-rata 21 kunjungan rawat jalan dan 22 kunjungan IGD per hari.
RSUD Giri Emas saat ini didukung oleh 8 dokter spesialis, 5 dokter umum, 40 perawat, dan 40 bidan serta tenaga kesehatan pendukung lainnya. Namun, dua posisi spesialis yang sangat vital masih kosong, yaitu Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Dokter Spesialis Radiologi. Ketiadaan dua tenaga spesialis ini dinilai menjadi salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap rendahnya BOR dan keterbatasan layanan komprehensif bagi pasien.
Dalam arahannya, Kadinkes
Buleleng dr. Sucipto menegaskan pentingnya kolaborasi dan terobosan inovatif
dalam mengatasi keterbatasan SDM. Ia menjelaskan bahwa proses pemenuhan tenaga
dokter spesialis masih terkendala faktor regulasi dan birokrasi, namun pihaknya
terus memperjuangkan agar kebutuhan tersebut segera terpenuhi.
“Kita harus berpikir
inovatif. Salah satu opsi yang dapat dipertimbangkan adalah pengadaan layanan Hemodialisis
(HD). Layanan ini akan menjadi nilai tambah bagi rumah sakit, meningkatkan
utilisasi pelayanan, sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat Buleleng dan
sekitarnya,” ujar dr. Sucipto.
Pengembangan layanan Hemodialisis
diharapkan menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya saing RSUD Giri
Emas, memperluas cakupan layanan kesehatan, serta memperkuat posisi rumah sakit
sebagai pusat rujukan yang terpercaya di wilayah Buleleng bagian timur.
RSUD Giri Emas berkomitmen
untuk terus melakukan evaluasi dan inovasi berkelanjutan dalam meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat, sejalan dengan visi pembangunan kesehatan
Kabupaten Buleleng yang berkualitas, inklusif, dan berkeadilan.