(0362) 21789
dinkes@bulelengkab.go.id
Dinas Kesehatan

Usia Lanjut Harus Tetap Beraktivitas Fisik

Admin dinkes | 10 April 2017 | 2506 kali

Wirawan Nengah

email. ngh_wirawan18@yahoo.com. wirawannengah@gmail.com

Pemegang program Kesorga Puskesmas Busungbiu I


Jumlah lansia di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) proyeksi jumlah lanjut usia (>60 tahun) di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 207.930.000 jiwa, dan pada tahun 2035 diperkiran mencapai 481.987.0000 juta jiwa. Peningkatan jumlah lansia di Indonesia secara signifikan membuat Indonesia masuk dalam 5 besar negara yang memiliki populasi lansia terbanyak di Dunia (World Health Organization, 2014). 

Peningkatan jumlah lansia ini juga berdampak pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa Bangsa 2011, pada tahun 2000 - 2005 usia harapan hidup mencapai 66,4 tahun (dengan persentase lansia tahun 2000 sebesar 7,74 %). Angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan usia harapan hidup menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia pada tahun 2045 sebesar 28,68%). Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengatakan terjadi peningkatan usia harapan hidup, pada tahun 2000 sebesar 64,5 tahun, menjadi 69,65 tahun, pada tahun 2011 (dengan persentase populasi lansia sebesar 7,58%) (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2013). 

Meningkatnya proporsi lanjut usia, menimbulkan beberapa masalah kesehatan pada lansia. Masalah kesehatan terbesar lansia adalah penyakit degenerative; pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI (2013). Diperkirakan pada tahun 2050 sekitar 75% lansia penderita penyakit degeneratif yang salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif, yang merupakan proses mental dalam memperoleh pengetahuan atau kemampuan serta kecerdasan, yang meliputi cara berpikir, daya ingat, pengertian, perencanaan, dan pelaksanaan.

Pada dasarnya, fungsi kognitif akan mengalami penurunan secara normal seiring dengan penambahan usia. Penurunan fungsi kognitif dapat dihambat dengan melakukan tindakan preventif, yang salah satu tindakan preventif yang dapat dilakukan lansia yaitu dengan memperbanyak aktivitas fisik (Blondell, Hammersley-Mather, & Veerman, 2014). 

Aktivitas fisik diduga dapat menstimulasi pertumbuhan saraf yang kemungkinan dapat menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Pada saat melakukan aktivitas fisik, otak akan distimulasi sehingga dapat meningkatkan protein di otak yang disebut Brain Derived Neutrophic Factor (BDNF). Protein BDNF ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat. Jika kadar BDNF rendah maka akan menyebabkan penyakit kepikunan. Namun, sebagian besar lansia malah mengurangi aktivitas fisiknya karena mereka merasa aktivitas fisik seperti olahraga tidak cocok dengan gaya hidup mereka, meskipun ada diantara mereka sadar akan manfaatnya. Apalagi didukung oleh pandangan lansia bahwa dirinya sudah mengalami penurunan kesehatan, sehingga sudah tidak bisa melakukan aktivitas fisik lagi. 

Berlatar belakang dari situasi yang diuraikan diatas bahwa dengan aktifitas fisik akan dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran lansia, maka kami akan memadukan upaya kesehatan lansia dengan upaya kesehatan olah raga. Kegiatan ini kami laksanakan di desa Kekeran, kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng sebagai wilayah kerja Puskesmas Busungbiu I, Kab.Buleleng. Harapan dengan kegiatan ini dapat meningkatkan status derajat kesehatan lansia sebagai upaya puskesmas dalam meningkatkan upaya preventif dan promotif disamping melaksanakan upaya kuratif sdan rehabilitatif.




Program kesehatan olah raga sebagai program usaha kesehatan masyarakat /UKM pengembangan yang dalam pelaksanaan  mengedepankan bagaiman supaya kita tetap bugar. Bugar dalam arti masih memiliki kemampuan untuk melaksanakan aktifitas setelah aktifitas utama dilaksanakan. Salah satu kegaitan tersebut bagi lansia adalah senam lansia yang rutin dilaksanakan seminggu sekali. Ada suatu keinginan bagi peserta lansia yang memilki mimpi menghadapai masa lansia dalam damai, dan menyenangkan

Desa Kekeran adalah salah satu dari sepuluh desa yang berada dibawah binaan puskesmas busungbiu satu, dengan luas wilayah 33,600 km persegi, sebagai daerah pegunungan dengan mata pencaharian penduduk sebagai petani, populasi penduduk 3.034 jiwa ; laki 1.490, perempuan 1.544 jiwa yang terdistribusi pada usia lansia usia 45-59 tahun sebanyak 434 jiwa, usia 60-69 tahun sebanyak 243 jiwa dan usia > 70 tahun 157 jiwa. Tentunya sebagai sasaran program dengan berbagai masalah yang dihadapi para lansia akibat dari penyakit degeneratif. Upaya yang dilakukan dengan aktifitas fisik berupa latihan senam lanjut usia yang secara rutin seminggu sekali dilakukan. Sasaran kegiatan ini bagaimana menghadapkan pada peserta lansia sebagai warga yang merasa diri menghanggap menjadi beban di keluarga agar bisa mandiri, mulai dari merencanakan menata hingga melaksanakan upaya-upaya yang bisa meningkatkan motivasi pada diri lansia.

Pendapat beberapa anggota lansia menyatakan kegiatan inisangat berarti baginya untuk sebagai peguyuban, saling tukar pikiran sesama lansia, yang sudah mulai sakit-sakitan hingga jalan keluar yang ditempuhnya.

Sejalan dengan pendapat bahwa aktivitas fisik akan menstimulasi pertumbuhan saraf yang dapat menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia, dengan terproduksinya protein di otak yang berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat. Jika kadar rendah maka akan menyebabkan penyakit kepikunan. Atas dasar itulah makanya kegiatan latihan fisik peserta lansia rutin dilaksanakan. 

Peningkatan usia harapan hidup berimplikasi pada peningkatan jumlah lansia, yang dengan berbagai maslah akibat dari penyakit degeneratif, mulai dari masaah fisik, hingga masalah kognitif lansia. 

Masih ada hanggapan dari diri lansia sebagai kelompok yang menjadi beban dan mengurangi aktivitas fisiknya karena mereka merasa aktivitas fisik seperti olahraga tidak cocok dengan gaya hidup mereka. Apalagi didukung oleh pandangan lansia bahwa dirinya sudah mengalami penurunan kesehatan, sehingga sudah tidak bisa melakukan aktivitas fisik lagi. Yang sebenarnya aktifitas fisik tersebut sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produksi protein meningkatkan protein otak (Brain Derived Neutrophic Factor /BDNF), yang berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat.

Populasi lansia sebagai sasaran kegiatan latihan fisik yang begitu besar, dan sangat merasakan kegiatan latihan fisik ini dari segi peningkatan daya fisik, sebagai wahana curhat antar peserta tentang penyakit hingga solusi yang dilakukan. Sehingga sebagai refrensi lakukanlah latihan fisik secara teratur akan menjaga kesehatan serta kebugaran bagi lansia.