Forum Global Health Security Agenda (GHSA) telah menunjukkan perkembangan yang signifikan sejak diluncurkan pada bulan Februari 2014.Hal ini ditunjukkan dengan bergabungnya 3 negara baru yaitu Argentina, Cote d’Ivoire (Pantai Gading) dan Mongolia ke forum GHSA sehingga jumlah Negara yang menjadi anggota GHSA berjumlah 53 negara. Selain itu dengan kemitraan yang dilakukan antar negara anggota dalam forum GHSA juga akan memberikan kontribusi dalam memajukan dunia yang lebih aman dari ancaman kesehatan di masyarakat.
Demikian Sambutan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), dalam pembukaan GHSA Action Package Coordination Meeting di Jakarta, Senin (23/8/2016). Acara hari ini dihadiri oleh perwakilan Negara anggota GHSA, perwakilan penasehat GHSA dari WHO, organisasi makanan dan pertanian, organisasi kesehatan hewan dan Bank Dunia.
Dalam kemitraan selama 3 tahun ini Menkes berbagi pendapat bahwa pelaksanaan setiap Paket Aksi perlu didukung oleh semua stakeholder di semua Negara anggota GHSA, tidak hanya di tingkat sub-nasional dan nasional, tetapi juga di tingkat regional dan global. Bagian penting dari kerjasama ini dalam konteks Agenda Keamanan Kesehatan Global adalah implementasi dari Paket Aksi.
“Tujuan pelaksanaan Paket Aksi adalah untuk memperkuat kapasitas semua negara GHSA berpartisipasi dalam mendeteksi, mencegah, dan menanggapi ancaman kesehatan masyarakat global”, ujar Menkes.
Komunikasi, koordinasi dan kerja sama di antara semua stakeholder dalam kegiatan Paket Aksi sangat penting. Terutama, saat ini ketika muncul penyakit menular yang berpotensi menyebabkan epidemi atau bahkan pandemi cenderung lebih sering terjadi. Selama dekade terakhir, setidaknya dua pandemi telah dilaporkan di dunia, yaitu Pandemi SARS pada tahun 2002 dan Pandemi Influenza A (H1N1) pada tahun 2009. Terakhir, dua keadaan darurat Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia atau PHEIC juga telah dilaporkan, yaitu penyakit Virus Ebola pada tahun 2014 dan Virus Zika pada tahun 2016.
Pertemuan ini terutama ditujukan untuk memperkuat koordinasi antara negara-negara GHSA yang berpartisipasi dalam mengimplementasikan 11 Paket Aksi selaras dengan Peraturan Kesehatan Internasional (IHR). Di sebagian besar negara, koordinasi yang baik mudah untuk dikatakan tetapi dalam banyak kasus sangat menantang ataupun sukar untuk dilaksanakan. Menkes berharap bahwa masukan, pengalaman, dan praktek yang dibagikan selama pertemuan ini akan berguna untuk menerapkan Paket Aksi lebih baik.
“Oleh karena itu, saya menganggap pertemuan ini juga menjadi salah satu tolok ukur yang menunjukkan kemajuan GHSA. Karena memperkuat komunikasi, koordinasi, dan kerja sama dari pelaksanaan Paket Aksi merupakan langkah penting untuk mencapai kapasitas penuh dalam mengatasi ancaman kesehatan global”, tambah Menkes.
Berikut adalah 11 Paket Aksi (Action Package) dibagi kedalam pendekatan Prevent, Detect, & Response:
•Prevent: Anti Microbial Resistance (AMR); Penyakit Zoonosis; Biosafety dan Biosecurity; serta Imunisasi
•Detect: Sistem laboratorium nasional; Real-time Surveillance; Pelaporan; dan workforce development
•Respond: Emergency Operations Centers; Linking Public Health with Law and Multisectoral Rapid Response; dan Medical countermeasures and personnel deployment.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Download disini